Aku ingin menceritakan pengalamanku.
Sejak 10 Juli 2012 aku berada di Bandung. Ketika hari Jumat, aku mengantar ibu dan adik2ku untuk pulang ke Palembang. Jadwal keberangkatan bis pun diundur sampe jam 1. Mungkin Allah menginginkanku untuk lebih lama lagi bertemu dg ibuku. Lantas aku pun terurai airmata tatkala bis mulai beranjak pergi.. Oh, betapa aku mencintai ibuku... Apalagi ketika itu aku sedang meriang tidak enak badan gara2 kedinginan...
Selepas itu aku pun ke kampus untuk registrasi sampe sore sekitar jam 4 lewat baru selesai. Dan baru kusadari kalau aku ternyata belum makan siang... Malamnya aku tdk bs tidur dan setelah minum paracematol maka keesokan harinya aku merasa lebih segar dan sehat. Aku butuh istirahat seharian ini, pikirku. Ada adek dr muara enim yang mengajakku pergi ke Pasar Baru hari itu, tapi karna aku ingin istirahat maka kutolak. Keesokannya barulah kami bertiga ke Lapangan Gasibu, sekedar berjalan dan melihat-lihat barang. Senin aku ke ITB melihat acara IMMS FSLDK, tapi ternyata tidak se-WAH iklan dan pamfletny,, Dan seterusnya sampe hari kamis aku pun pergi keluar untuk menghilangkan suntuk.
Ternyata prakuliah itu hanyalah sehari tgl 23 juli itulah,, sebenernya aku bs pulang tgl 24 tapi aku merasa ingin memperbaiki Ramadhan tahun lalu yang menurutku sempat kacau gara2 kesibukanku ketika PPG. Padahal hasilny idaklah bermanfaat untuk aku. Males sih sebenernya,,, Dan karena itulah, aku ingin mengisi kalbuku, mempertebal imanku, memperbaiki akhlakku selama Ramadhan di sini. Aku sudah sholat di Masjid Daarut Tauhid sejak hari selasa menjelang Ramadhan. Adem terasa hati.. Mungkin inilah yang kucari. Sudah lama aku tidak merasakan tausyiah yang dapat menentramkan hatiku,, Inilah yang kurindukan, berkumpul dg para jamaah masjid, membaca Al Quran bersama. Inilah yang kurindukan,,,
Aku ingin sekali mengunjungi panti asuhan dan berbuka puasa bersama. Tapi aku blm tau dimana dan dengan siapa aku bs kesana karena aku blm byk tau informasi mengenai kegiatan Ramadhan di kota Bandung ini,,,
Dan sudah kukuatkan tekadku, biarlah Ramadhan kali ini aku jauh dr orang tua, toh aku juga sejak th 2008-2011 sudah berpuasa bukan di rumah, yakni di asrama ketika kuliah dan di Palembang ketika PPG. Biarlah aku jauh dari orang tuaku, karena aku berniat untuk menemukan ketenangan di sini. Mungkin di rumah tidak akan bs aku memanjangkan bacaan Al Quranku karena tugas rumah telah menanti untuk dikerjakan...
Barakallah,,
Semoga Ramadhan tahun ini kita dapat menuai pahala dan rahmat dr ALLAH SWT,,,
Aaaaaamiiiiiin Yaa Rabb,,
21Juli2012, 10.52
»» READMORE...
Jumat, 20 Juli 2012
Cerita Pertama
Sungguh merasakan dingin yang luar biasa tatkala hujan deras mengguyur perjalananku. Aku pun menggigil, basah kuyup. Intan sudah pergi. Aku sudah berusaha mengejar bis yang ia tumpangi. Namun hujan yang deras ini menenggelamkan suaraku yang berteriak memanggilnya. Kini sahabatku sudah pergi meninggalkanku ke kota untuk melanjutkan SMA di sana.
Kami sudah berteman sejak aku diajak bapakku pindah ke desa ini. Ketika ibu meninggal ketika umurku 4 tahun, bapak mengajakku ikut program pemerintah, yakni transmigrasi. Dan sejak perkenalan pertamaku dengan Intan maka sudah kuputuskan bahwa ia adalah teman sekaligus sahabat bagiku. Betapa tidak, ketika pertama aku pindah, aku sudah diejek anak-anak desa ini karena adanya kelainan pada diriku. Ya, aku bisu teman. Semua anak-anak di sini mencemoohku dan Intan yang memang agak tomboy membelaku. Ia merampas mainan yang diambil oleh Yoga, salah satu dari anak laki-laki yang sering mengejek keterbatasanku ini. Itulah saat pertama kali kami bertemu, dan aku pun langsung bersembunyi di belakang punggungny. "Kalau ada yang berani mengganggu dia lagi, maka kalian harus berhadapan denganku!!!!" Gertak Intan.
@@@
Setelah bis itu menjauh dari pandanganku, aku pun mencari tempat berteduh. Kuambil gelang persahabatan dari saku celanaku. Ini buatan Intan ketika pelajaran seni kelas 6 SD. Aku menarik nafas dalam-dalam. Teringat ketika ia menceritakan seluruh kejadian di kelasnya setiap hari. Teman, aku hanya lulusan SD dan tidak melanjutkan ke SMP karena menurut kepala sekolah, aku seharusnya berada di sekolah luas biasa khusus penyandang tuna rungu. Bapakku yang miskin tidak bisa menyekolahkanku ke kota. Dan Intanlah yang setiap hari membacakan pelajaran yang ia dapatkan di SMP.
Aku ingat ketika kami sedang di sawah, awan berubah menjadi mendung dan Intan mengajakku untuk segera pulang. Lalu taklama kemudian hujan pun mengguyuri badan kami berdua, dan Intan tetap bersikeras untuk pulang walau sudah kuberitahu untuk berteduh sejenak. Ia menampik ajakanku. Dan ditengah perjalanan pulang, kulihat Intan batu-batuk dan terlihatlah sebuah noda merah keluar dari mulutnya. Cepat-cepat ia mngehapusnya karena tidak ingin terlihat olehku. Aku yang tidak tahu apap-apa berpura-pura tidak melihatnya dan kukira ia hanya kedinginan saja. Setelah sampai di depan rumahnya, ia langsung masuk dan tidak berkata apa-apa kepadaku. Dan akupun langsung saja pulang menuju rumahku.
@@@
"Besok aku ke kota, Ta." Kata Intan sambil membereskan buku pelajarannya.
Keningku pun mengekerut. "Kamu jangan heran gitu dong, aku akan balik lagi kok. Besok aku mau daftar sekolah di kota," ujar Intan.
Aku pun melayangkan pandanganku ke hamparan sawah. Pematang sawah memang tempat favorit kami untuk belajar. Aku merasakan sesuatu berharga yang akan segera hilang. Kemana akan kudapatkan sosok seirang sahabat sebaik Intan.
"Hei, jangan melamum, Ta. Ntar aku sering kirim surat ke kamu."
Aku tidak menghiraukan perkataannya waktu itu. Aku tidak meberikan reaksi apa-apa.
Intan pun melanjutkan perkataannya, "Besok mungkin aku pulang agak sore soalnya ada yang harus kuselesaikan juga."
»» READMORE...
Minggu, 08 Juli 2012
MERANTAU
Imam
Syafi'i
pernah berkata....
Ciri orang yang berakal dan
berbudaya adalah tidak akan tinggal
seterusnya di satu tempat.
Meninggalkan tempat tinggalnya
untuk mengembara, itulah bagian
dari istirahatnya.
Pergilah dengan penuh keyakinan!
Niscaya akan engkau temukan
pengganti semua yang engkau
tinggalkan.
Bekerja keraslah karena hidup akan
terasa nikmat setelah bekerja.
Sungguh, aku melihat air yang
tergenang dan berhenti,
memercikkan bau tak sedap.
Andaikan saja ia mengalir, air itu
akan terlihat bening dan sehat.
Sebaliknya jika engkau biarkan air itu
menggenang, ia akan membusuk.
Singa hutan dapat menerkam
mangsanya setelah ia tinggalkan
sarangnya.
Anak panah tak akan mengenai
sasarannya, jika tak beranjak dari
busurnya.
Andaikan mentari berhenti
selamanya di tengah langit, niscaya
umat dari ujung barat sampai ujung
timur akan bosan kepadanya.
Emas bagaikan debu, sebelum
ditambang sebagai emas.
Sedangkan, pohon cendana yang
masih tertancap pada tempatnya,
tidak ubahnya pohon-pohon untuk
kayu bakar.
Jika engkau tinggalkan tempat
kelahiranmu, engkau akan temui
derajat mulia di tempat yang baru
dan engkau bagaikan emas yang
sudah terangkat dari tempatnya.
Pergilah merantau untuk mencari
kemuliaan karena dalam perjalanan
itu ada empat kegunaan; yaitu
menghilangkan kesedihan,
mendapatkan ilmu, mengagungkan
jiwa, dan dapat bergaul dengan
orang banyak. (Imam Syafi'i)
»» READMORE...
Langganan:
Postingan (Atom)